LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
(PREFERENSI ORGANISME TERHADAP SUHU)
Disusun oleh:
NAMA : LASINRANG ADITIA
NIM : 60300112034
KELAS : BIOLOGI A
KELOMPOK : IV (Empat)
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum Fisiologi Hewan dengan judul “Preferensi Organisme Terhadap Suhu”
yang disusun oleh:
Nama : Lasinrang Aditia
Nim : 60300112034
Kelas : Biologi A
Kelmpok : IV (empat)
Telah diperiksa oleh
Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata-Gowa, Mei 2014
Kordinator Asisten
Asisten
(Rusmadi
Rukmana S.Si)
(Megawati Bohari, S.Si)
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
(Suhaenni S.Si. M.Pd)
A. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui preferensi ikan
Cupang (Betta
splendens) terhadap suhu.
B. Dasar
Teori
Organisme
untuk bertahan hidup dan dapat bereproduksi dalam suatu tempat menunjukkan
toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi
organisme tersebut. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan
biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan
dan reproduksi biota perairan. Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem
perairan. Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu, jadi faktor suhu sangat penting untuk kehidupan dalam
ekosistem perairan
(Indriyanto, 2008).
Suhu
merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan
tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai
faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas
ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan
dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme (Basri,
1992).
Salah
satu faktor fisik lingkungan perairan adalah suhu. Permukaan air peka terhadap
perubahan suhu dan perubahan suhu dipengaruhi oleh letak geografis, ketinggian
tempat, lama paparan terhadap matahari dan kedalaman badan air. Suhu merupakan
faktor yang sangat menentukan aktivitas enzim di dalam tubuh organisme.
Peningkatan suhu tubuh pada rentang kisaran toleransi hewan akan menyebabkan
kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolisme. Suhu yang ekstrim
tinggi menyebabkan protein sebagai komponen utama penyusun enzin akan rusak
atau terdenaturasi dan menyebabkan enzim tidak mampu lagi dalam melakukan
fungsinya sebagai biokatalisator. Demikian juga jika suhu tubuh turun sangat
ekstrim bahkan di bawah kisaran toleransinya akan menyebabkan aktivitas enzim
sangat rendah. Dibandingkan dengan lingkungan daratan, lingkungan perairan
mempunyai variasi suhu yang relatif sempit (Wolf, 1992).
Ikan
memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat
berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi
terhadap penyakit. Selanjutnya adapula ikan akan mengalami stres manakala
terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi. Suhu tinggi tidak
selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan
untuk jangka panjang. Misalnya stres
yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu
rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri
patogen akibat melemahnya sistem imun (Dharmawan, 2001).
Sebagai
hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh
hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Secara kesuluruhan ikan lebih toleran
terhadap perubahan suhu air, beberapa species mampu hidup pada suhu air
mencapai 29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang
sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya
terbatas (Odum,
1993).
C. Waktu dan
Tempat
Adapun waktu
dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal :
Sabtu/24 Mei 2014
Waktu :
08.00-10.00 WITA
Tempat :
Laboratorium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa
D. Alat dan
Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu alat tulis menulis kotak kaca persegi empat, bunsen,
korek, kaki tiga dan kawat kasa.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu ikan
Cupang, air dan es batu.
E. Cara Kerja
Adapun
cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengisi
kotak percobaan dengan air setinggi 4 cm. Mengisi salah satu ujung kotak dengan
bongkahan es dan memanasi bagian ujung lain dengan bunsen.
2. Mengupayakan suhu pemanasan tidak melebihi 35oC
dengan mengatur nyala api dari bawah kotak.
3. Mencatat suhu setiap ruang atau zona. Setelah
terjadi gradien suhu dari yang dingin ke yang lebih panas, memasukkan 20 ekor
ikan Cupang di bagian tengah kotak. Biarkan selama 5-10 menit.
4. Mengamati penyebaran ikan-ikan tersebut.
5. Mencatat kondisi suhu di setiap zona dan
jumlah ikan yang terdapat di zona masing-masing.
6. Melakukan pengamatan yang serupa sebanyak 3
kali setiap interval waktu 5 menit.
7.
Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
F. Hasil Pengamatan
Adapun hasil
pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:
No
|
Zona
|
Suhu
(oC)
|
Jumlah
Ikan
|
|
Betina
|
Jantan
|
|||
1
|
Panas
|
26oC
|
2
|
2
|
2
|
Sedang
|
24oC
|
1
|
1
|
3
|
Dingin
|
23oC
|
1
|
3
|
G. Pembahasan
Adapun
pembahasan pada percobaan ini adalah Ikan cupang ini adalah ikan air tawar yang
mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam
mempertahankan wilayahnya. Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat
bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di
wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan
hidup. Habitat merupakan tempat hidup di mana ikan cupang akan beraktivitas
selama hidupnya. Di habitat yang sesuai, ikan cupang dapat tumbuh dan
berkembang biak secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai
ditunjukkan dengan beberapa parameter seperti keasaman (pH), air, suhu
perairan, serta kesadahan.
Ikan cupang
adalah ikan hias yang sangat dikenal oleh masyarakat khususnya anak-anak,
karena ikan tersebut selain rupanya yang cantik juga dapat merupakan ikan yang
menarik bila diadu. Ikan ini juga sering disebut ikan laga dan nama latinnya
adalah Betta splendens, termasuk dalam famili Anabantidae (Labirynth Fisher). Ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang jantan
adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir
serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya
tidak menarik atau kusamdan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Dalam
praktikum ini, ikan cupang yang digunakan sebanyak 10 ekor ikan cupang yaitu 5
ekor jantan dan 5 ekor betina. Pada pengamatan yang dilakukan memperlihatkan
hasil 2 ekor ikan cupang betina dan21 ekor ikan cupang jantan telah berada pada
zona panas yaitu suhu 26oC, 1 ekor ikan betina dan 1 ekor ikan jantan berada pada zona sedang.
Sedangkan 1 ekor ikan betina dan 3 ekor
ikan jantan berada pada zona dingin. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, maka data yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa ikan cupang hidup
pada zona panas dengan kisaran suhu 24oC-30oC.
Di alam,
ikan cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa,
persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat
ikan cupang di alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang
banyak ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti
ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5-7,5 dan suhu air 24oC-30oC.
H.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah ikan cupang (Betta
splendens) adalah ikan yang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup
di sungai, rawah, persawahan, serta perairan tawar lainnya. Berdasarkan hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa habitat ikan cupang umumnya di perairan dengan
suhu air 24oC - 30oC.
DAFTAR
PUSTAKA
Basri,
Hasan. Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Dharmawan.
Ekologi LIngkungan. Surabaya: Bumi
Aksara, 2001.
Odum,
Ougene. Ekologi Air. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1993.
Wolf.
Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992.
Indriyanto.
Ekolologi Perairan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
No comments:
Post a Comment