LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
(KOMPETISI INTRA SPESIFIK)
Disusun oleh:
NAMA : LASINRANG ADITIA
NIM : 60300112034
KELAS : BIOLOGI A
KELOMPOK : IV (Empat)
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum Fisiologi Hewan dengan judul “Kompetisi Intra Spesifik” yang
disusun oleh:
Nama : Lasinrang Aditia
Nim : 60300112034
Kelas : Biologi A
Kelmpok : IV (empat)
Telah diperiksa oleh
Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata-Gowa, April 2014
Kordinator Asisten Asisten
(Rusmadi
Rukmana S.Si)
(Megawati Bohari, S.Si)
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
(Suhaenni S.Si. M.Pd)
A. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari
kompetisi secara langsung dengan analisis pengaruh kerapatan populasi pada
lalat buah (Drosophyla melanogaster)
yang ditanama pada medium pisang : tape
singkong : gula merah dengan perbandingan 7 : 2 : 1.
B. Dasar
Teori
Apabila
ditinjau dari segi proses alam, makhluk hidup selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Interaksi yang terjadi antar setiap organisme dengan
lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang
kompleks. Karena di dalam lingkungan hidup terdapat banyak komponen yang
disebut komponen lingkungan. Berdasarkan konsep dasar pengetahuan ekologi,
komponen lingkungan yang dimaksud tersebut juga dinamakan komponen ekologi
karena setiap komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu
berhubungan dan saling memengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung (Sigen, 2014).
Organisme
hidup membentuk satu kumpulan individu-individu yang menempati sustu tempat
tertentu, sehingga antar organisme dapat terjadi interaksi. Interaksi-interaksi
yang terjadi dapat merupakan interaksi antar individu dari spesies yang sama,
dapat juga merupakan interaksi antar individu dari spesies yang berbeda. Interaksi
yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi terhadap kondisi
populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu mempengaruhi kecepatan
pertimbuhan ataupun kehidupan populasi. Setiap anggota populasi dapat memakan
anggota populasi yang lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran
yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat
searah ataupun dua arah (timbal balik) (Setiadi, 1989).
Persaingan
terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang
berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam,
tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan
untuk hidup dan pertumbuhannya. Persaingan yang dilakukan organisme-organisme
dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar,
udara, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan
oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Indriyanto, 2006).
Dalam
artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang
memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu
yang sejenis ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang
terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik
sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut
sebagai persaingan interspesifik. Persaingan yang terjadi antara
organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal
ini bersifat merugikan. Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika
sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya
persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain–lain.
Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu
organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya
mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung
dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).
C. Waktu dan
Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya
praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/tanggal :
Selasa/13 Mei 2014
Waktu :
08.00-10.00 WITA
Tempat :
Laboraturium Botani Lantai I
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa
D. Alat dan
Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu alat tulis menulis, botol jam (botol bekas selai),
loupe, timbangan, blender, selang plastik (penyedot), kuas kecil (kuas lukis),
dan cawan petri.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu pisang
raja, gula merah, baygon cair, yeast (fermipan), lalat buah (Drosophila sp), agar-agar, dan label.
E. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada
percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Cara pembuatan medium
a. Mengupas pisang raja kemudian menimbang sebanyak 700 gram.
b. Menimbang pula gula merah sebanyak 100 gram.
c. Menghancurkan pisang hingga halus dengan menggunakan blender,
tambahkan air secukupnya.
d. Mencampurkan ke dalam panci adonan pisang, gula merah dan
agar-agar.
e. Masak campuran tersebut hingga kadar airnya berkurang (15 menit
setelah mendidih) sambil mengaduknya.
f. Memasukkan medium yang telah dingin ke dalam botol selai, sesuai
kegiatan (penanaman) dan menyimpan lebihnya di dalam kulkas.
g. Menaburi beberapa butir yeast ke atas medium di dalam botol selai
dan meletakkan pupasi di atasnya, serta Menutup dengan sumbat busa.
2. Stocking
a. Menyiapkan botol-botol selai yang telah berisi medium.
b. Memasukkan Drosophyla melanogaster jantan dan betina dengan
perbandingan 2:2, 2:4, dan 2:8 dengan masing-masing perbandingan.
c. Membiarkan biakan selama 2 minggu, sehingga memperoleh generasi
baru dengan cacah yang melimpah.
3. Labeling
a. Menyiapkan
medium dalam botol-botol jam sebagaimana pada saat stocking.
b. Memberi
label pada masing-masing botol: 2:2, 2:4, dan 2:8. Melakukan 3 ulangan pada
masing-masing perbandingan sehingga masing-masing kelompok menyiapkan 9 botol.
c. Melakukan
pengamatan sebanyak 5 kali, maka tiap kelompok harus menyiapkan 45 botol.
4. Penanaman
a. Menyiapkan
biakan stocking yang telah berumur 2 minggu.
b. Membius
Drosophyla sp dengan cara menggunakan
kapas yang telah dibubuhi dengan DDT atau eter.
c. Melakukan
sexing dengan cara memisahkan
Drosphyla sp jantan dan betina. Melakukan pengamatan dengan hati-hati
menggunakan loupe.
d. Melakukan
penanaman pada botol: yang telah diberi label sesuai dengan perbandingan (sex
ratio) pada label tersebut yang dilakukan pada hari ke 12, 14, 16, 18, dan 20.
e. Memelihara
biakan tersebut hingga sampai waktu pengamatan. Menghindari penyimpanan dari
serangga lain seperti semut dan lain-lain.
5. Pengamatan
a. Melakukan
pengamatan populasi Drosophyla pada umur biakan ke 12 hari, melakukan dengan
cara menghitung cacah Drosophyla jantan dan betina sebagai berikut:
Pengamatan
Ke-
|
Hari
Ke-
|
I
|
12
|
II
|
14
|
III
|
16
|
IV
|
18
|
V
|
20
|
b. Melakukan
pengamatan dengan terlebih dahulu membius lalat buah dengan DDT yang dibubuhi
dikapas.
c. Merekam
hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.
F. Hasil Pengamatan
Adapun hasil
pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:
Pengamatan ke-
|
(I) 10 Mei 2014
|
(II) 14 Mei 2014
|
||
Sex Ratio
|
Jantan
|
Betina
|
Jantan
|
Betina
|
2:2
|
34
|
25
|
27
|
32
|
2:4
|
45
|
58
|
60
|
42
|
2:8
|
34
|
49
|
53
|
71
|
Rata-rata
|
31
|
44
|
47
|
48
|
G. Pembahasan
Adapun
pembahasan pada percobaan ini adalah kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan
sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat
meneruskan kelangsungan hidupnya. Persaingan sesama jenis
pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk
dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Persaingan
antarjenis dapat berakibat dalam penyesuaian keseimbangan dua jenis, atau dapat
berakibat dalam penggantian populasi jenis satu dengan yang lainnya atau
memaksanya yang satunya itu untuk menempati tempat lain, tidak perduli apapun
yang menjadi dasar persaingannya itu.
Kompetisi
antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies
yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari
kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan
adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal
tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif. Kompetisi dalam suatu
komunitas dibagi menjadi dua, yaitu kompetisi sumber daya (exploitative
competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber
daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition),
yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain,
meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses
ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang
berpengaruh negatif pada individu lain.
Pada
pengamatan ini, hasil yang diperoleh setelah melakukan pengamatan selama 2
minggu adalah untuk pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 2014
adalah untuk perbandingan 2:2 diperoleh jantan 34 ekor dan betina 25 ekor.
Untuk perbandingan 2:4, diperoleh jantan sebanyak 45 ekor dan betina sebanyak
58 ekor, dan untuk perbandingan 2:8 didapatkan jantan sebanyak 34 ekor dan
betina sebanyak 49 ekor. Adapun hasil rata-rata dari pengamatan pertama adalah
jantan 31 dan betina 44. Sedangkan pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 14
Mei 2014 dimana hasil yang didapatkan untuk perbandingan 2:2 adalah jantan 27
ekor dan betina 32 ekor. Untuk perbandingan 2:4, diperoleh hasil dimana jantan adalah
60 ekor dan betina adalah 42 ekor. Untuk perbandingan 2:8 diperoleh jantan
sebanyak 53 ekor dan betina sebanayak 71 ekor, sehingga dari semua perbandingan
pada pengamatan kedua didapatkan hasil rata-rata untuk jantan adalah 47 dan
betina adalah 48.
H.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah kompetisi adalah
interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumber
daya yang bersifat terbatas. Persaingan yang dilakukan organisme-organisme
dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar,
udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya. Rata-rata hasil yang didapatkan pada pengamatan pertama adalah
jantan 31 dan betina 44, sedangkan untuk pengamatan kedua adalah jantan 47 dan
betina 48.
DAFTAR
PUSTAKA
Indriyanto.
Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Setiadi,
Dede. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1989.
Sigen, Afief. 2010. Blog Afief.
Ekologi Persaingan Intra dan Interspesifik. http://www.gado-gadorujak-i-power-blog.com. (28 April 2014).
Wirakusumah.
Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. Jakarta: UI-Press, 2003.
No comments:
Post a Comment