## MOHON MENGKLIK SALAH SATU KONTEN IKLAN YANG MUNCUL DI BLOG KAMI SEBAGAI BENTUK DONASI PENGUJUNG YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK MAINTENANCE BLOG KAMI ##

Friday, 4 August 2017

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
EKOLOGI HEWAN
(KERAGAMAN KOMUNITAS)
 









Disusun oleh:
       NAMA                :    LASINRANG ADITIA
       NIM                     :    60300112034
       KELAS               :    BIOLOGI A
       KELOMPOK     :    IV (Empat)

LABORATORIUM  BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2014




LEMBAR PENGESAHAN
            Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul “Keragaman Komunitas” yang disusun oleh:

Nama              : Lasinrang Aditia
Nim                 : 60300112034
Kelas               : Biologi A
Kelmpok         : IV (empat)

            Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.

Samata-Gowa,        Mei 2014

    Kordinator Asisten                                                                        Asisten




(Rusmadi Rukmana S.Si)                                                      (Megawati Bohari, S.Si)
                                                                                                       



Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab



(Suhaenni S.Si. M.Pd)




A. Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memahami keragaman komunitas suatu ekosistem tertentu melalui indeks keragaman, indeks dominansi, dan indeks kemerataan.
B. Dasar Teori
Komunitas secara umum diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai pengertian, kumpulan dari beberapa individu yang masing-masing kelompok memiliki karakter spesifik, didalamnya terjadi interdependensi, yang dinamis pada skala ruang dan waktu tertentu. Dalam kajian ekologi, komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi pada ruang dan waktu secara bersamaan. Konsep komunitas menjadi demikian penting dalam mempelajari ekologi, karena pada tingkat komunitas ini dikaji keberadaan beraneka ragam jenis organisme yang hidup bersama dengan cara yang beraturan, tidak tersebar bebas begitu saja tanpa ada saling ketergantungan (Aslam, 2012).
Variasi organisme baik cacah individu maupun jumlah species dalam komunitas sangat menentukan karakter dari komunitas tersebut, namun demikian tidak semua organisme mempunyai kontribusi yang sama terhadap karakter yang dibentuk. Pengaruh organisme dalam pembentukan karakter komunitas ditentukan oleh cacah individu dan jumlah jenis yang secara matematis ditunjukkan oleh dominansi nisbi. Nilai atau nisbi mempunyai pengertian pengendali atau penguasaan species terhadap suatu komunitas yang didasarkan pada cacah individu species tersebut. Dengan demikian boleh jadi species tersebut mempunyai sistematika dalam taksonomi yang jauh berbeda, namun dalam komunitas mempunyai sinergitas dalam hubungan fungsi (Rososoedarmo, 1990).
Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut species atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungan. Angka banding antara jumlah species dan jumlah total individu dalam komunitas dinyatakan sebagai keragaman species (Michael, 1994).
Daya dukung lingkungan merupakan sumber daya alam lingkungan. Kemampuan lingkungan mempunyai batas, sehingga apabila keadaan lingkungan berubah maka daya dukung lingkungan juga berubah. Hal ini karena daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh faktor pembatas, seperti: cuaca, iklim, pembakaran, banjir, gempa, dan kegiatan manusia. Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragam komponen biotik, maka makin tinggi keanekaragaman. Sebaliknya makin kurang beranekaragaman maka dikatakan keanekaragaman rendah (Dwidjoseputro, 1990).
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan dimana kondisi fisik terus menerus menderita, kadangkala atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil species yang berlimpah. Dalam lingkungan yang lunak atau menyenangkan, jumlah species besar, namun tidak ada satupun yang berlimpah. Keragaman species dapat diambil untuk menandai jumlah species dalam suatu daerah tertentu. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman. Jumlah species dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman species tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman (Odum, 1993).
C. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal            : Sabtu/03 Mei 2014
Waktu                     : 08.00-10.00 WITA
Tempat                   : Lapangan Terbuka
                                 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
                                 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
                             Samata-Gowa
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis, plot berukuran 1x1 meter.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu tali rafia, tali rafia dan dan spesies-spesies hewan (serangga) yang terdapat pada daerah sampling atau dalam plot.
E. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1.    Menyediakan plot yang berukuran 1x1 meter.
2.    Meletakkan plot tersebut pada suatu lokasi tempat secara acak lalu membiarkan selama 3 menit.
3.    Menghitung serangga yang ada di permukaan serta menghitung serangga yang terdapat dalam plot tersebut.
4.    Mengulangi percobaan sebanyak 10 kali.
5.    Mencatat seluruh hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
F. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:
1. Plot I
No.
Spesies
Jumlah (ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Belalang
10
0,115896525
0,001731302
2.
Nyamuk
1
0,024747547
0,00017313
3.
Lalat buah
11
0,121495131
0,001904432
4.
Semut hitam
52
0,112764907
0,00900277
5.
Spesies A
1
0,024747547
0,00017313
6.
Spesies B
1
0,024747547
0,00017313

Jumlah (N)
76
0,424399205
0,013157895
N2
5776

 2. Plot II
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Belalang
18
0,057382963
0,040816327
2.
Capung
1
0,062962824
0,002267574
3.
Spesies A
2
0,097256124
0,004535147

Jumlah (N)
21
0,217601910
0,047619048
N2
441

3. Plot III
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Lalat besar
1
0,022908087
0,000141723
2.
Belalang
25
0,156648594
0,003543084
3.
Lalat buah
10
0,110033248
0,001417234
4.
Semut hitam
48
0,138878885
0,006802721

Jumlah (N)
84
0,428468815
0,011904762
N2
7056

4. Plot IV
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Semut besar hitam
15
0,104377168
0,034013605
2.
Belalang
1
0,062962824
0,002267574
3.
Nyamuk
5
0,148392688
0,011337868

Jumlah (N)
21
0,315732680
0,047619048
N2
441

5. Plot V
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Capung
2
0,145158336
0,024691358
2.
Belalang
7
0,084890143
0,086419753

Jumlah (N)
9
0,230048479
0,111111111
N2
81

6. Plot VI
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Belalang
5
0,127805111
0,005202914
2.
Laba-laba
1
0,048108442
0,001040583
3.
Semut hitam
25
0,075340069
0,026014568

Jumlah (N)
31
0,251253622
0,032258065
N2
961

7. Plot VII
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Belalang
15
0,026276928
0,058593750
2.
Kupu-kupu putih
1
0,075257499
0,003906250

Jumlah (N)
16
0,101534427
0,062500000
N2
256

8. Plot VIII
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Belalang
8
0,142461813
0,005540166
2.
Semut hitam
30
0,081049217
0,020775623

Jumlah (N)
38
0,223511030
0,026315789
N2
1444

9. Plot IX
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Laba-laba
1
0,036146909
0,00047259
2.
Semut hitam
45
0,009337811
0,021266541

Jumlah (N)
46
0,045484720
0,02173913
N2
2116

10. Plot X
No.
Spesies
Jumlah
(ni)
Indeks keragaman
(c)
Dominansi
(d)
1.
Belalang
18
0,159040418
0,006172840
2.
Laba-laba
1
0,032081366
0,000342936
3.
Semut merah
35
0,122062964
0,012002743

Jumlah (N)
54
0,313184748
0,018518519
N2
2916

Adapun rekapitulasi jumlah seluruh plot adalah sebagai berikut:
No
Spesies
Jumlah
DM
- xlog
1.
Belalang
107
10,7
0,2702
-0,568
0,153558891
0,000682328
2.
Nyamuk
6
0,6
0,0151
-1,819
0,027568848
3,82614E-05
3.
Lalat buah
21
2,1
0,0530
-1,275
0,067638873
0,000133915
4.
Semut hitam
200
20,0
0,5050
-0,296
0,149830904
0,00127538
5.
Spesies A
3
0,3
0,0075
-2,120
0,016064954
1,91307E-05
6.
Spesies B
1
0,1
0,0025
-2,597
0,006559836
6,3769E-06
7.
Capung
3
0,3
0,0075
-2,120
0,016064954
1,91307E-05
8.
Lalat besar
1
0,1
0,0025
-2,597
0,006559836
6,3769E-06
9.
Semut hitam bsar

15
1,5
0,0378
-1,421
0,053848634
9,56535E-05
10
Laba-laba
3
0,3
0,0075
-2,597
0,016064954
1,91307E-05
11.
Kupu-kupu putih
1
0,1
0,0025
-2,597
0,006559836
6,3769E-06
12.
Semut merah
35
3,5
0,0883
-1,053
0,093123611
0,000223192

Jumlah (n)
396
39,6
0,9994
-21,06
0,613444131
0,002525253
N2
156816


v Indeks Keanekaragaman (H’)        : 0,613444131 = 0,61
v Indeks Dominansi                          : 0,9994           = 1
v Indeks Kemerataan Jenis               :                  ∑ = H’/DM
                                                                                = 0,61/39,6
                                                                                = 0,015
                                                        Jadi, H’ < 3,5  = Rendah                  

G. Pembahasan
Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah Keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati.
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis hewan pada suatu tempat  dapat menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman.
Mengingat keanekaragaman spesies, ada suatu cara penentuan untuk mendukung indeks keanekaragaman suatu habitat atau komunitas tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan sama atau berbeda pada pola pengurutan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan secara langsung. Dan hal tersebut telah diaplikasikan dalam praktikum kali ini.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa karakteristik dari keanekaragaman komunitas ditentukan oleh banyaknya jenis organisme dan perbandingan jumlah individu-individu tiap jenis dengan jumlah individu seluruh jenis. Pada pengamatan yang dilakukan di sekitar lapangan terbuka belakang gedung Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan menggunakan plot yang berukuran 1x1 meter yang diletakkan pada lokasi tempat pengamatan secara acak yang dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan. Pada setiap plot yang diletakkan, semua jenis serangga yang terdapat dalam plot tersebut dicatat dan dihitung. Dari hasil pengamatan ini diperoleh data bahwa pada plot I ditemukan 6 jenis serangga yaitu belalang, nyamuk, lalat buah, semut hitam, spesies A dan spesies B. Dari hasil analisis data dapat diketahui indeks keragaman yaitu 0,424399205 (424x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,013157895 (131x10-9).
Pada plot II ditemukan 3 jenis serangga yaitu belalang, capung, dan spesies A dengan indeks keragaman yaitu 0,217601910 (217x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,047619048 (476x10-9). Pada plot III ditemukan 4 jenis serangga yaitu lalat besar, belalang, lalat buah, dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,428468815 (428x10-9) & indeks dominansi yaitu 0,011904762 (119x10-9). Pada plot IV ditemukan 3 jenis serangga yaitu semut besar hitam, belalang, dan nyamuk dengan indeks keragaman yaitu 0,315732680 (315x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,047619048 (476x10-9). Pada plot V ditemukan 2 jenis yaitu capung dan belalang, dimana indeks keragaman yaitu 0,230048479 (230x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,111111111 (111x10-9).
Kemudian pada plot VI ditemukan 3 jenis serangga yaitu belalang, laba-laba, dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,251253622 (251x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,032258065 (322x10-9). Pada plot VII ditemukan pula 2 jenis yaitu belalang, dan kupu-kupu putih dengan indeks keragaman yaitu 0,101534427 (101x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,062500000 (625x10-9). Pada plot VIII ditemukan 2 jenis serangga yaitu belalang dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,223511030 (223x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,026315789 (263x10-9). Pada plot IX ditemukan 2 jenis serangga yaitu laba-laba dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,045484720 (454x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,02173913 (217x10-9). Dan pada plot X ditemukan 3 jenis serangga yaitu belalang, laba-laba, dan semut merah dengan indeks keragaman yaitu 0,313184748 (313x10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,018518519 (185x10-9).
Adapun hasil rekapitulasi dari semua jumlah plot yaitu dari plot I sampai plot X diperoleh jumlah keseluruhan spesies yang ditemukan adalah 12 jenis dengan indeks keragaman 0,712800000 (712x10-9) dan indeks kemerataan (Hi) adalah 0,002525253 (252x10-9) serta dominansi mutlak adalah 39,6. Menurut ketentuan, pada kategori indeks keragaman jika H’ < 1 maka keragaman rendah, jika H’ ≥ 1 maka keragaman sedang, dan jika H’ = 3 maka keragaman termasuk tinggi. Pada indeks dominansi menurut ketentuan jika 0,01-0,30 = rendah, jika 0,31-0,60 = sedang, dan kalau 0,61-1,0 = tinggi. Dan ketentuan pada indeks kemerataan jika H’ = 3,5 maka rendah, jika H’ = 3,5-5,0 maka sedang, dan jika H’ = 5,0 ke atas maka tinggi. Diantara semua jenis serangga yang sering ditemukan pada setiap penempatan plot adalah belalang. Dalam komunitas semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Keragaman komunitas dibentuk dengan menghitung indeks keragaman, dimana indeks keragaman populasi makin tinggi jika jumlah spesies organisme makin banyak.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah keragaman komunitas merupakan kumpulan populasi yang saling berinteraksi pada ruang dan waktu secara bersamaan. Karakter komunitas suatu ekosistem dapat ditentukan oleh keanekaragaman dari spesies penyusunnya. Dan hal tersebut dapat ditentukan melalui indeks keragaman serta indeks dominasi. Pada hasil pengamatan di lapangan indeks keragaman dari rekapitulasi seluruh jumlah spesies adalah 0,712800000 (712x10-9) dan indeks kemerataan (Hi) adalah 0,002525253 (252x10-9) serta dominansi mutlak adalah 39,6. Sementara indeks kemerataan tertinggi terdapat pada semut hitam yaitu 0,001275380 (127x10-9) dan indeks kemerataan terendah terdapat pada spesies B, lalat besar, dan kupu-kupu putih yaitu 0,0000063769 (637x10-11).

DAFTAR PUSTAKA
Aslam, Munadry. 2012. Blog Aslam. Keragaman Komunitas, http://www.catatan    kecilku-ekologi-mundary-blog.com (22 Mei 2014).
Dwidjoseputro. “Ekologi Manusia dengan Lingkungan”. Erlangga, Jakarta: 1990.
Michael, Davis “Dasar-Dasar Ekologi”. Universitas Indonesia, Jakarta: 1994.
Odum, Ougene. “Dasar-Dasar Ekologi”. UGM Press, Yogyakarta: 1993.

Rososoedarmo, Soedjiran. “Pengantar Ekologi”. Remaja Rosdakarya, Jakarta: 1990.

No comments: