LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum Taksonomi Invertebrata dengan judul “Coelenterata” yang
disusun oleh:
Nama : Lasinrang Aditia
Nim : 60300112034
Kelas : Biologi B
Kelmpok : I (satu)
Telah diperiksa oleh
Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata-Gowa,
22 Mei 2013
Kordinator Asisten Asisten
(Hasnah S.Si) (Irawan
Prasetyo) 60300111021
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
(Ar. Syarif Hidayat S.Si, M.Kes)
A. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu
untuk mengamati struktur dan morfologi organisme yang tergolong coelenterata
dan mengklasifikasikannya.
B. Dasar
Teori
Coelenterata
berasal dari kata Yunani: koilos + enteron; Koilos = rongga, enteron = usus,
sering disebut sebagai hewan berongga. Coelenterata merupakan hewan yang tidak
mempunyai usus yang sesungguhnya, tetapi pemberian nama dengan istilah “Hewan
Berongga” itupun masih belum tepat mengingat Coelenterata adalah hewan yang
tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), yang dimiliki hanyalah
sebuah rongga sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut coelenteron. Dalam
kenyataan coelenteron merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat
pencerna makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan ke seluruh
sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh (Maskoeri, 1992: 103).
Coelenterata
umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis yang hidup di air tawar. Dalam
siklus hidupnya ia dapat berbentuk polip yaitu hidup menempel pada suatu
substrat atau berbentuk medusa yang bebas berenang. Bentuk polip tubuhnya
berbentuk silindris, bagian proksimal melekat, bagian distal mempunyai mulut
yang dikelilingi tentakel. Mulut bermuara ke dalam rongga gastrovaskuler atau
enteron yang berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan sari-sari
makanan. Medusa umumnya berbentuk seperti paying atau lonceng, tentakel
menggantung pada permukaan paying. Tentakel berfungsi untuk menangkap makanan,
alat gerak dan mempertahankan diri. Susunan saraf berupa anyaman sel-sel saraf
yang tersebar secara difusi. Coelenterata merupakan hewan yang belum memiliki
anus (Jutje, 2006: 58).
Ubur
ubur mudah dikenal karena bentuknya unik yakni seperti payung dengan warna
putih/bening, ukuran relative besar sering ditemukan di tepi pantai dan banyak
dimanfaatkan untuk kerupuk ubur-ubur. Saluran pencernaan makanan pada ubur-ubur
berupa gastrovaskular (Yusminah, 2007: 17).
Menurut (Mukayat, 1989)
Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
1. Kelas
Hydrozoa
Biasanya berbentuk
koloni-koloni kecil dengan bentuk polip dominan, bahkan seluruh koloni mungkin
hanya terdiri dari polip. Beberapa jenis polip membentuk medusa dengan jalan
pembentukan tunas. Medusa mempunyai velum, yaitu bentukan serupa laci dalam
payung. Pinggiran payung tidak bertakik (bercelah). Contohnya yaitu Hydra, Obelia, dan Gonionemus.
2. Kelas
Scyphozoa
Ubur-ubur yang sebenarnya
adalah medusa-medusa dengan pinggiran yang berlekuk-lekuk, tidak ada cadar
(velum), saluran radial bercabang-cabang, dan gonad-gonad dalam kantung-kantung
ruang gastrikulum. Contoh Scyphozoa adalah Aurelia
Aurita. Ubur-ubur ada yang dapat mencapai garis tengah beberapa kaki
(sampai 150 cm).
3. Kelas
Anthozoa
Anggota-anggota anthozoa
(Yunani anthos = bunga) adalah
anemon-anemon laut dan hewan-hewan karang laut, tubuhnya berbentuk polip, tidak
ada bentuk medusa. Hewan-hewan itu tidak bertangkai dan biasanya terbungkus
dengan skeleton eksternal dan disebut karang,
memiliki banyak tentakel (Mukayat, 1989: 53).
C. Metode
Praktikum
1. Waktu dan
Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya
praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Rabu/08 Mei 2013
Waktu : 10.00-12.00 Wita
Tempat : Laboraturium Zoologi
Lantai II
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa
2. Alat dan
Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu mikroskop, papan seksi, pinset, dan lup.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini
yaitu
spesimen Coelenterata misalnya Aurelia aurita dan Solenastrea
sp.
3. Cara
Kerja
1. Mengambil
hydra pada kolam-kolam yang jernih. Ada dua macam hydra yang berwarna hijau dan
yang berwarna coklat (agak lebih besar), biasanya hewan ini melekat pada
tumbuhan air atau benda lain.
2. Meletakkan
hydra atau spesiemen lain pada papan seksi dan mengamati di bawah mikroskop
stereo, biasanya jika tersentuh hydra akan mengerut, menunggu beberapa menit
hingga tubuhnya terjulur kembali.
3. Mengamati
bagian-bagian tubuh, tentakel, hipostum kerucut pendek yang mengelilingi mulut,
mulut ujung oral yang menghadap ke atas, keping basal yang melekat pada dasar,
nematocyt terlihat sebagai bintil-bintil pada tentakel yang sedang menjulur,
tunas (bud) hydra kecil yang baru tumbuh (secara vegetatif).
4. Menggambar
dan mendeksripsikan ciri-cirinya dan susunan klasifikasinya.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
a. Solenastrea sp
Keterangan:
1. Pori-pori
2. Substrat
b. Aurilia aurita
Keterangan:
1.
Epidermis
2.
Gonad
3.
Ex umbrella
4.
Filament
5.
Tentakel
6.
Mulut
7.
Saluran radial
8.
Gastrodermis
9.
Gastrovaskuler
10.
Mesogea
2.
Pembahasan
a. Solenastrea
sp
1.
Morfologi
Hewan ini tampak seperti mankuk terbalik dan berbentuk
koloni, berbentuk seperti atak manusia. Berwarana putih , tubuh berbentuk oliv,
tentakel berbasis sekitar mulutnya, memiliki alat tubuh seperti mulut yang
berfungsi untuk tempat masuknya makanan, alat gerak, alat pertahanan dan basal
sebagai tempat melekatnya substrack.
2. Anatomi
Memilki organ anteron yang membuat pelipatan seperti
konsntris yang biasa disebut septa. Lapisan mesoglea bersifat seluler. Letak
mulut tidak berlangsung berhubungan dengan rongga enteron melaingkan langsung
berhubungan kerongkongan. Memiliki nematokosit yang ada pada bagian sebalah
dalam dan gonad berasal dari lapisan gastrodernal.
3.
Habitat
Umumnya terdapat dilaut yang mengandung
fluktuasi suhu yang tidak melebihi
celcius air lautnya jernih dan bersalinitas
tinggi.
4. Sistem organ
a. Sistem pencernaan
Makannya terlebih dahulu dihancurka oleh racun yang
dihasilkan oleh nematosit yang kemudian ditelan melalui stomedium hingga
didalam rongga gastrovaskuler. Kemudian akan dicerna menggunakan enzim yang
terkangdung dan partikel yang tidak dicerna dimuntahkan kembali melalui mulut .
b. Sistem respirasi
Dalam
hal respirasi, Pemasukan
dan
pengeluara
berlangsung
secar difusi – osmosis secara langsung dipermukaan tubuh.
c. Sistem ekskresi
Dalam
hal ekskresi, Solenastrea sp mengsekresikan
hasil buangannya melalui pori-pori.
d. Sistem reproduksi
Berkembang biak secara aseksual yaitu dengan membentuk
kuncup nantinya tumbuh hewan baru yang masimg – masing mensekresikan zat kapur
sabagai rangka tubuh.
5. Klasifikasi Solenastrea sp
Kingdom : Animalia
Pilum :
Coelenterata
Class
: Anthozoa
Ordo :
Zoantharia
Family : Scypisthomae
Genus : Solanastrea
Species : Solanastrea
sp
(Mukayat,
1989).
b. Aurelia
aurita
1.
Morfologi
Ciri-ciri
morfologi dari ubur-ubur antara lain: tubuhnya berbentuk seperti payung atau
lonceng ukuran tubuhnya relative besar. Polip Aurelia berukuran kurang lebih 5
mm, terikat pada suatu objek di dasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar
antara 7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. saluran
pencernaan makanan ubur-ubur berupa gastrovaskular. Di tengah permukaan tubuh sebelah bawah
muncullah semacam kerongkongan pendek menggantung ke bawah.
2. Anatomi
Bentuk
Ubur-ubur
memiliki mulut di tengah, dikelilingi oleh empat palps dan organ seks,
terdapat empat mulut pusat. ubur-ubur memiliki tentakel
pinggiran tepi. Ubur-ubur berenang dengan kontrak dan otot-otot. Kontraksi
otot-otot mengencangkan bagian bawah. Hal ini akan memaksa air keluar melalui
bagian bawah, dan mendorong ubur-ubur ke depan. Relaksasi otot membuka
untuk mempersiapkan diri untuk kontraksi lagi. Pada ubur-ubur
dengan berbentuk piring ini dapat mengakibatkan gerakan dendeng,
kontraksi kuat memberikan gerak kuat.
Pada dinding delapan
sensitif terhadap cahaya, dan delapan statocysts, yang membantu
ubur-ubur mempertahankan diri. Juga terkait dengan ini adalah lubang
chemosensory, mungkin digunakan dalam mendeteksi makanan. Organ indra
terjadi dalam delapan kantong sekitar tepi bel, dan Di bawah dan sekitar mulut
biasanya terdapat empat lengan lisan, pada beberapa ubur-ubur raksasa,
senjata-senjata oral mungkin diperbesar sebanyak 40 meter panjang,. Ada
juga renda kecil tentakel dari medusa. Lengan lisan dan sel-sel penyengat
yang disebut cnidocysit, terkenal yang digunakan baik untuk pertahanan dan
untuk melumpuhkan mangsanya.
3.
Habitat
Aurelia aurita hanya berhabitat di
perairan dangkal dan dalam di laut.
4. Sistem organ
a. Sistem pencernaan
Pada
Aurelia aurita sistem pencernaan makanannya bersistem gastrovaskuler.
Dari tengah-tengah permukaan tubuh sebelah bawah (permukaan oral atau permukaan
sub-umbrella) muncullah semacam kerongkongan pendek menggantung ke bawah yang
disebut manubrium. Di ujung distal manubrium terdapat lubang mulut
berjumlah empat, setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita
yang merentang panjang disebut tangan mulut. Aurelia aurita makanannya
berupa zooplankton, udang-udang kecil, cacing, larva-larva insecta maupun
telur-telur hewan lain yang bersama plankton. Zat lendir atau mukosa yang ada
pada tubuhnya sangat membantu dalam pengumpulan hewan yang menjadi mangsanya.
Bulu-bulu getar yang menghiasi rumbai tangan mulut cukup selektif dalam hal
memilih makanan. Makanan yang telah terkumpul di bagian bawah tubuh akan disapu
oleh flagella yang selanjutnya akan ditangkap tangan-tangan mulut untuk
dimasukkan ke dalam mulut. Bahan makanan setelah masuk ke dalam perut kemudian
melalui lorong manubrium akan ditampung di dalam perut untuk digarap oleh
nematosit. Selanjutnya makanan itu dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh
sel kelenjar sehingga makanan yang berupa protein, karbohidrat, lemak, dan zat
kitin akan hancur. Partikel makanan yang telah dicerna akan disalurkan ke
seluruh cabang saluran sistem gastrovaskuler dan sari-sarinya akan diserap oleh
sel-sel nutritif dengan diedarkan oleh sel-sel pengembara atau sel amoeboid. Aurelia
aurita akan menyimpan cadangan makanannya berupa butir-butir glikogen dalam
sel-sel gastrodermalnya.
b. Sistem respirasi
Dalam
hal respirasi, Aurelia aurita tidak mempunyai alat pernapasan khusus.
Begitu pula dengan sistem ekskresi. Kedua proses tersebut dilakukan secara
langsung melalui seluruh permukaan tubuh. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem
saluran gastrovaskuler sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi
maupun ekskresi. Gas oksigen yang terlarut dalam air yang berada di dalam
daerah eksternal secara difusi-osmosis akan masuk ke dalam lapisan epidermis
maupun gastrodermis, tetapo sebaliknya gas karbondioksida yang terbentuk dari
proses pernapasan juga akan dikeluarkan dari daerah intern secara
difusi-osmosis. Begitu pula zat-zat sampah, terutama berupa zat-zat nitrogen
yang merupakan sisa-sisa metabolisme akan dibuang secara langsung oleh sel-sel
epidermis maupun gastrodermis ke dalam eksternal.
c. Sistem ekskresi
Pada Aurelia aurita mempunyai satu lubang bukaan dimana sebagai mulut
dan sebagai tempat ekskresi, melalui lubang bukaan inilah Aurelia aurita mengeluarkan hasil ekskresinya.
d. Sistem reproduksi
Dalam
bereproduksi, Aurelia aurita memiliki kelamin yang terpisah, berarti
ada Aurelia aurita jantan dan ada
Aurelia aurita betina. Spermatozoid yang dikeluarkan oleh Aurelia
aurita jantan lalu berenang-renang mencari tubuh Aurelia aurita
betina. Bila telah bertemu akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut selanjutnya
sampai ke dalam enteron maka spermatozoid membuahi sel telur yang dihasilkan
ovarium dan terbentuklah zigot dan dikeluarkan kembali melalui mulut. Setelah
keluar dari dalam mulut, selanjutnya zygot akan berkembang menjadi larva yang
berambut getar disebut planula. Kemudian planula mengembara untuk
sementara waktu dan beristirahat mengikatkan diri pada suatu substrat yang berada
di dasar laut untuk tumbuh menjadi polip baru yang disebut scyphistoma
bentuknya seperti terompet dengan bagian cakram basal, batang tubuh, mulut, dan
tentakel. Bila scyphistoma telah mencapai ukuran penuh (± 12 mm) maka akan
membelah secara transversal sehingga terbentuk setumpukkan ruas-ruas yang
masing-masing berbentuk seperti cakram, scyphistoma dalam fase demikian disebut
strobila, sedang bentuk cangkram sebagai hasil pembelahan dinamakan ephyra.
Selanjutnya ruas ephyra yang telah tua yaitu yang terletak di ujung strobila
akan melepaskan diri dan berenang-renang bebas untuk hidup secara mandiri
kemudian itulah yang disebut Aurelia aurita dewasa.
5. Adapun klasifikasi Aurelia aurita yaitu:
Kingdom : Animalia
Pilum :
Cnidaria
Class
: Scyphozoa
Ordo :
Decapoda
Family : Aureliae
Genus : Aurelia
Species : Aurelia aurita (Mukayat, 1989).
E.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah organisme
yang termasuk dalam phylum coelenterata contohnya Aurelia
aurita (ubur-ubur) tubuhnya berbentuk seperti payung atau lonceng ukuran
tubuhnya relatif besar. Polip Aurelia berukuran kurang lebih 5 mm, terikat pada
suatu objek di dasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar antara 7,5 cm
hingga 30 cm. Saluran pencernaan makanan ubur-ubur berupa gastrovaskular. Di
tengah permukaan tubuh sebelah bawah muncullah semacam kerongkongan pendek
menggantung ke bawah. Solenastrea sp
adalah organisme yang termasuk dalam pylum coelenterata, hewan ini mempunyai
banyak pori-pori pada tubuhnya dan mempunyai substrat. Adapun klasifikasi dari
ubur-ubur (Aurelia aurita) dan Solenastrea
sp adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi ubur-ubur (Aurelia
aurita)
Kingdom : Animalia
Pilum :
Cnidaria
Class
: Scyphozoa
Ordo :
Decapoda
Family : Aureliae
Genus : Aurelia
Species : Aurelia aurita (Mukayat, 1989).
b. Klasifikasi Solanastrea
sp
Kingdom : Animalia
Pilum :
Coelenterata
Class
: Anthozoa
Ordo :
Zoantharia
Family : Scypisthomae
Genus : Solanastrea
Species : Solanastrea
sp
(Mukayat,
1989).
2. Saran
Adapun saran saya yaitu agar praktikan
membawa lebih banyak spesimen agar organisme yang diamati lebih banyak dan
bahan yang dibawa adalah bahan yang masih segar agar kita bisa mendapatkan hasil
pengamatan yang maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.
Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.
Jasin, Maskoeri. Zoologi
Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
Jutje
S Lahay. Zoologi Invetebrata. Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2006.
3 comments:
Mantap Buat yang sedang praktikum
mantap...
sangam membantu, terimakasih :)
Post a Comment