LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum Taksonomi Invertebrata dengan judul “Platyhelminthes” yang
disusun oleh:
Nama : Lasinrang Aditia
Nim : 60300112034
Kelas : Biologi B
Kelmpok : I (satu)
Telah diperiksa oleh
Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata-Gowa, Mei 2013
Kordinator Asisten Asisten
(Hasnah S.Si) (Firman Adi Saputra) 60300111002
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
(Ar. Syarif Hidayat S.Si, M.Kes)
A. Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu:
1.
Mengamati larva – larva trematoda pada stadium cercaria dan redia.
2.
Melaporkan gerakan – gerakan ataupun morfologinya.
B. Dasar
Teori
Platyhelminthes adalah
cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa ahli menganggap Nemertia,
yaitu satu kelas yang tergabung dalam Platyhelminthes sebagai filum tersendiri
yaitu filum Nemertia. Cacing daun bersifat triploblastik, tetapi tidak
berselom. Ruang digesti berupa ruang gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing
pita tidak mempunyai saluran digesti. Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri
bilateral, namun mereka mempunyai sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi
yang mantap. Sebagaian anggota cacing daun itu hidup parasitis pada manusia dan
hewan. Cacing-cacing planaria hidup dalam air tawar. Cacing hati dan cacing
pita bersiklus hidup majemuk dan menyangkut beberapa inang sementara.
Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di laut dan terkenal sebagai cacing ikat
pinggang (Mukayat,
1989: 81).
Platyhelminthes
adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, bersifat tripoblastik, tidak
berselom. Pada umumnya spesies dari platyhelminthes adalah parasit pada hewan.
Ektoderm adalah tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi
jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Sistem ekskresi hanya saluran utama
yang mempunyai lubang pembuangan keluar tidak memiliki sistem sirkulasi, maka
bahan makanan itu di edarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi
jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap hewan dewasa. Alat jantan terdiri
atas sepasang testis, dua pembuluh vasa deferensia, kantung vesiculum
seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat kopulasi dan penis (Maskoeri,
1992: 139).
Platyhelminthes
dapat dibagi atas beberapa kelas yaitu kelas tubellari, contoh organisme dari
kelas ini adalah planaria yang hidup di air tawar , bipalium dan geoplana yang
hidup pada tanah,berikutnya kelas trematoda, merupakan hewan yang parasit,
tidak mempunyai mata kecuali pada larvanya, tidak bercilia kecuali pada
larvanya, mempunyai kutikula mulut disebelah anterior, farinks tidak berotot,
tidak ada anus usus berbentuk garpu, mempunyai pengisap, hermaprodit, mempunyai
kelenjar kuning. Contoh : Fasiola hepatica. Selanjutnya kelas cestoda,
merupakan hewan hermaprodit, tidak mempunyai alat pencernaan makanan, merupakan
endoparasit pada hewan vetebrata, Mempunyai saraf pada bagian kedua sisi
tubuhnya yang berhubungan dengan kepala. Mempunyai saluran ekskresi yang
diperlengkapi dengan protonefrida. Tiap progtida mengandung organ – organ alat
jantan dan betina yang lengkap. Telur – telurnya di kumpulkan pada uterus (Yusminah,
2007: 19).
Kebanyakan filum
Platyhelminthes hidup sebagai parasit, maka umumnya merugikan manusia, baik
langsung sebagai parasit pada tubuh manusia maupun parasit pada binatang
peliharaan seperti babi, sapi, anjing dan sebagainya. Usaha-usaha untuk
mencegah infeksi pada manusia atau binatang peliharaan biasanya dengan
memutuskan siklus hidupnya baik mencegah jangn sampai terjadi infeksi pada
hospes perantara maupun pada hospes tetapnya sendiri. Oleh karena hal tersebut,
pembuangan faeces manusia harus diatur sehingga tidak memungkinkan terjadinya
siklus hidup yang lengkap. Misalnya untuk Taenia
terjadinya hexacant tertelan ternak tidak diberi kemungkinan. Daging yang akan
dimakan manusia diusahakan harus matang sehingga cysticercusnya mati (Maskoeri, 1992: 131).
C. Metode
Praktikum
1. Waktu dan
Tempat
Adapun
waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal :
Sabtu/ 18 Mei 2013
Waktu : 08.00-10.00 WITA
Tempat : Laboraturium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Samata-Gowa
2. Alat dan
Bahan
a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu cawan petri, mikroskop stereo dan biasa, dan
pinset/pipet.
b. Bahan
Adapun bahan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu air suling, larutan formalin
4% + gliserol 5% perbandingan 4 : 1, dan siput (Limnea sp) yang diambil dari sawah atau kolam.
3. Cara
Kerja
1.
Pengamatan larva Trematoda
a. Meletakkan siput pada cawan petri
yang berisi air suling sebanyak
sepertiganya.
b. Memecahkan cangkang siput dengan
pinset, kemudian menggoyangkan cawan
untuk melepaskan siput.
c. Mengamati larva redia
ataupun cercaria. Membedakan kedua larva dari pergerakannya serta anatominya.
Jika suatu siput mengandung larva redia, maka pada umunya akan juga menemukan
larva cercaria dalam bentuk yang berbeda-beda. Melihat larva redia berupa
titik-titik putih yang bergerak cepat (menggunakan mikroskop stereo jika sulit
mengamati), sebaliknya larva cercaria bentuknya lebih besar, panjang dan
gerakannya sangat lambat. Mengambil larva-larva tersebut dan menempatkan pada
objek gelas untuk mengamati pada mikroskop biasa.
d. Jika pergerakan larva cepat
sehingga sulit mengamati, sebaiknya melakukan pengamatan dengan menggunakan larutan
formalin+gliserol.
e. Menggambar dan menuliskan klasifikasinya.
2. Pengamatan
Fasciola hepatica
a. Memperoleh Fasciola
hepatica pada tempat pemotongan sapi,pada bagian hati atau saluran empedu, disimpan
sementara pada larutan NaCl.
b. Mengamati dengan menggunakan
mikroskop atau jika memungkinkan dengan lup. Pengamatan anatomi harus
menggunakan preparat awetan yang sudah diwarnai dan dijernihkan.
c. Menggambar pada posisi sebelah
menyebelah dari cacing tersebut (bilateral simetris).
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
a. Fasciola
hepatica
Keterangan:
1.
Mulut
2.
Pengisap
3.
Usus
4.
Uterus
5.
Ovarium
6.
Kelenjar
telur
7.
Vas deferens
8.
Penis
9.
Pengisap interior
b. Daur hidup Fasciola hepatica (larva redia dan serkaria)
Larva Redia Larva
Serkaria
|
1.
Usus serkaria
2.
Lubang usus
3.
Faring
4.
Mulut
5.
Pengisap ventral
2.
Pembahasan
a. Morfologi
Morfologi Fasciola hepatica jantan berukuran
sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada Fasciola hepatica jantan ditemukan spikula atau bagian seperti
untaian rambut di ujung ekornya (posterior).Pada Fasciola hepatica betina, sepertiga depan terdapat bagian yg
disebut cincin atau gelang kopulasi. bentuknya pipih
(seperti daun), susunan tubuh triploblastik yang terdiri dari lapisan ektoderm,
endoderm, dan mesoderm. Sistem pencernaan makanan sederhana. Sistem ekskresi
hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan ke luar.
b. Anatomi
Fasciola
hepatica ini tidak mempunyai anus dan alat ekskresinya berupa sel api. Cacing ini
bersifat hemaprodit, berkembang biak dengan cara pembuahan sendiri atau silang,
Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap,
dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di
belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik
kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak. Fasciola
hepatica dewasa hidup pada usus manusia. Parasit ini juga memiliki khas
bercabang organ reproduksi. Hati Fasciola
hepatica juga memiliki pengisap oral yang digunakan untuk secara efektif
jangkar parasit dalam memotong empedu.
c. Habitat
Fasciola hepatica
parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Fasciola hepatica yang
parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi,
atau manusia.
d. Sistem Organ
a. Sistem Respirasi
Cacing hati (Fasciola
hepatica) tidak memiliki alat pernafasan khusus maka ia
menggunakan permukaan tubuh / kulit-nya sebagai tempat pertukaran O2 atau
CO2.
b.
Sistem Sirkulasi
System
sirkulasi cacing hati (Fasciola hepatika), dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang
disebut plasma, dan
sel-sel darah atau korpuskula.
c. Sistem Ekskresi
Cacing
hati (Fasciola hepatica) memiliki alat ekskresi
khusus yang terdapat pada setiap segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini dinamakan nefridium. Alat ini disebut nefrostom. Nefrostom berfungsi sebagai
penarik cairan tubuh dari satu segmen kesegmen lainnya. Sementara, sisa
metabolisme akan dikeluarkan melalui sebuah lubang yang disebut nefridiopori. Saat silia pada
nefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di sebelahnya akan mengalir ke dalam nefridium.
Pada
nefridum ini, zat berguna seperti glukosa
dan ion-ion diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh
kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen,
dan garam yang tidak
berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
d. Sistem Reproduksi
Alat reproduksi pada Fasciola Hepatica
jantan memiliki sepasang testis dan penis.
e. Sistem Pencernaan
Cacing hati memiliki alat pencernaan tetapi tidak
lengkap. Susunan system pencernaan makanan hanya terdiri dari mulut, faring,
esophagus dan intestine. Lubang mulut tertutup oleh alat pengisap oral
(sucker). Lubang mulut berlanjut dengan rongga mulut yang berbentuk corong.
Rongga mulut berlanjut pada faring yang berdinding tebal dengan lumen sempit.
Dinding faring tersusun oleh otot melingkar. Faring berfungsi untuk mengisap
makanan. Faring mempunyai kelenjar faringeal. Esophagus menghubungkan faring
dengan intestine. Intestine bercabang dua ke kiri dan ke kanan yang membentang
kea rah posterior, dan sejajar. Masing-masing cabang bercabang lagi ke arah
lateralmembentuk kantung-kantung seka atau divertikula yang buntu.
Cabang-cabang ini mebagi makanan ke seluruh tubuh.
f. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Fasciola hepatica
adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Trematoda
Ordo :
Echinostomida
Family :
Fasciolidae
Genus :
Fasciola
Spesies :
Fasciola hepatica (Mukayat,
1989: 85).
E.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Larva
tremtoda yang dapat kami amati adalah Fasciola hepatica.
2. Fasicola hepatica pada
cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung
ekornya (posterior). Pada cacing betina, sepertiga depan terdapat bagian yg
disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia.
Parasit ini juga memiliki khas bercabang organ reproduksi. Hati Fasciola hepatica juga memiliki pengisap
oral yang digunakan untuk secara efektif jangkar parasit.
2. Saran
Adapun
saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah sebaiknya
untuk bahan Fasciola hepatica ini
kita menggunakan preparat awetan saja supaya tidak perlu mencari pada siput (Lymnea sp) seperti keadaan pada
praktikum ini walaupun siput sudah ada tetapi Fasciola hepatica tidak ditemukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.
Hala, Yusminah. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.
Jasin, Maskoeri. Zoologi
Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.
2 comments:
Mantap Buat yang sedang praktikum
terimah kasih ya kawan...
Post a Comment